KOTA BANDUNG.LENTERAJABAR.COM, - Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat melalui Biro Kesejahteraan Rakyat berkolaborasi dengan Ruang Empati Jiwav dan Kelompok Keahlian Estetika dan Ilmu-ilmu Seni FSRD ITB dalam rangka penyelenggaraan program "Bipolar Awareness Week with Art as Therapy", pada kegiatan terakhir dari kegiatan itu yaitu Senin, Mei 2025 meluncurkan screening kesehatan mental.
Kegiatan tersebut berlangsung di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB , Jalan Ganesa, No 10 Bandung. Kegiatan tersebut, dihadiri kadiskes Jabar, dr. Finny, Wakil Rektor ITB, Prof. Dr. Irwan Melano , ST, M, Si, Direktur Kemahasiswaan , Prof. Dr. apt Muhammad Insanu, S. Si, M.Si dan dokter spesialis kejiwaan serta dr. Tedy Hidayat. S.PKJ dan dr. Selly S.PKJ.
Kegiatan Bipolar Awareness mengusung tema "Seni Memiliki Kekuatan untuk Menyembuhkan dan Menghibur", program ini terinspirasi dari perjalanan hidup dan karya Vincent van Gogh—seorang seniman besar sekaligus penyintas gangguan bipolar.
Van Gogh menunjukkan bahwa seni dapat menjadi saluran ekspresi emosi dan alat pemulihan yang kuat bagi mereka yang mengalami gangguan kesehatan mental.
Program ini bertujuan membuka ruang dialog publik mengenai keterkaitan seni dan kesehatan mental serta mendorong pemahaman yang lebih empatik terhadap kondisi bipolar.
Peserta yang terlibat berasal dari berbagai kalangan, seperti pelajar, mahasiswa, tenaga pendidik, penyintas bipolar, hingga masyarakat umum.
Rangkaian acara dimulai dengan diskusi panel pada 2 Mei, dilanjutkan dengan kompetisi debat, karya ilmiah, dan lomba poster bertema kesehatan mental pada 3 Mei.
Hari ketiga diisi dengan sesi edukatif seputar self-love, mindfulness, dan tantangan kesehatan mental masa kini. Pada 5 Mei, kegiatan difokuskan pada skrining kesehatan mental serta workshop untuk tenaga medis dan non-medis.
Acara ditutup pada 6 Mei dengan kegiatan “Ruang Aman” yang menghadirkan sesi berbagi, healing, mindfulness, serta workshop terapi seni.
Melalui kolaborasi ini, Pemda Provinsi Jawa Barat berupaya menciptakan ruang aman dan inklusif bagi para penyintas gangguan bipolar untuk berekspresi dan pulih, sekaligus mempromosikan seni sebagai medium terapi yang berdampak dan penuh makna.
dr. Tedy, berkenaan dengan peluncuran aplikasi Screening kejiwaan menegaskan aplikasi ini tidak dikenakan biaya sehingga diharapkan dapat dimanfaatkan seluas-luasnya oleh masyarakat.
Peluncuran aplikasi yang dimulai di kampus, dengan sasaran kalangan mahasiswa diharapkan dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa secara bertahap di seluruh kampus.
" jika aplikasi ini dimanfaatkan secara maksimal dapat dideteksi gangguan kesehatan mental dapat dideteksi sehingga gangguan mental dapat dideteksi sejak dini" kata Tedy".
Tedy, dalam bagian lain keterangannya mengatakan dengan terdeteksinya gangguan kesehatan mental sejak dini , target kesehatan mental masyarakat dapat terjaga.**