Notification

×

Iklan

Iklan

Tahun Pandemi, BKPM Sukses Seimbangkan Investasi PMDN dan PMA

Senin, 24 Januari 2022 | 12:07 WIB Last Updated 2022-01-24T05:07:51Z

Caption : Deputi Bidang Kerja Sama Penanaman Modal Kementerian Investasi/ BKPM Riyatno 

JAKARTA.LENTERAJABAR.COM
,-- Kementerian Investasi/ BKPM mengungkapkan investasi di Tanah Air tetap menarik kendati tengah menghadapi pandemi Covid-19. Buktinya pada saat pandemi berlangsung di tahun 2020, Kementerian Investasi mencatat realisasi investasi yang melampaui target. Bukan cuma itu, pihaknya bahkan berhasil menyeimbangkan komposisi investasi di Indonesia.

"Perkembangn realisasi investasi mencapai Rp826,3 triliun di 2020. Ini mencapai 101,1% dari target Rp817,2 triliun. Yang menarik, di sini Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menunjukkan keseimbangan dengan Penanaman Modal Asing (PMA). Berdasarkan data kami, PMDN mencapai 50,1% atau Rp413,5 triliun, sedangkan PMA 49,9% atau Rp412,8 triliun," ujar Deputi Bidang Kerja Sama Penanaman Modal Kementerian Investasi/ BKPM Riyatno dalam webinar Warta Ekonomi bertajuk Investment Outlook 2022 : “Arah Investasi dan Optimisme Pasca Putusan MK Terkait Omnibus Law” di Jakarta, Jumat (21/1/2022).

Yang lebih menariknya lagi, lanjut Dia, investasi di luar pulau Jawa telah melebihi investasi di pulau Jawa yaitu 50,5%. Sedangkan investasi di pulau Jawa porsinya 49,5%. "Ini sustu hal yang luar biasa karena selama atau sebelum ada Kementerian Investasi umumnya PMA lebih tinggi dari PMDN, sedangkan investasi juga kebanyakan di Jawa," imbuhnya.



Tak beda jauh, pada tahun 2021 realisasi investasi dari Januari hingga September 2021 sudah mencapai 73,3% atau Rp659,4 triliun dari target Rp900 triliun, dan ini lagi-lagi menunjukkan perkembangan yang menarik dimana PMA dan PMDN-nya tetap seimbang.

"PMA dan PMDN pada kisaran yang seimbang PMA 50,3% dan PMDN 49,7%. Realisasi antara Jawa dan luar Jawa masih menunjukkan hal positif Di mana di luar Jawa 51,7% dan Jawa 48,3%. Artinya ini sesuatu yang sangat baik supaya realisasi investasi ini seimbang bukan hanya di Jawa," katanya.

Menurutnya, keberhasilan ini tak lepas dari lima langkah BKPM dalam memfasilitasi investor. Pertama, melakukan promosi untuk meyakinkan investor bahwa RI ramah investasi. Langkah kedua, membantu layanan perizinan. Ketiga, membantu financial closing. Keempat, membantu sampai tahap produksi. dan terakhir, membantu layanan end to end kepada investor sampai investasi terealisasi.

Pada kesempatan yang sama, SEVP Layanan dan Pengembangan Perusahaan Tercatat Bursa Efek Indonesia (BEI) Saptono Adi Junarso mengungkapkan, pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung  hampir dua tahun ini telah mendorong masyarakat mengalokasikan pengeluarannya untuk investasi. Hal ini berdampak positif pada jumlah dan komposisi transaksi investor di pasar modal. 

"Kondisi pandemi kemarin ternyata banyak investor mengalokasikan pengeluarannya untuk investasi. dampak positifnya di tahun 2021 komposisi transaksi investor khususnya investor ritel meningkat dari 36% menjadi 56,2%. Dan yang patut kita syukuri adalah jumlah investor yaitu mencapai 7.152.318 investor di tahun 2021. Kalau dibandingkan tahun lalu kenaikannya mencapai 84,3%," pungkasnya.



Kemudian yang paling menarik adalah kini investor di pasar modal lebih dari 50 persennya merupakan generasi milenial. "Saat ini investor sudah dapat mengantisipasi adanya PPKM sehingga tidak mempengaruhi pola transaksi di pasar. Kenormalan baru, infrastrukturnya dimana transaksi online mulai terbuka jadi lebih memudahkan mereka," kata Saptono.

Per Desember 2021, BEI mencatat ada 766 perusahaan tercatat saham dan 123 perusahaan tercatat obligasi dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp8.255,6 triliun. Sementara IHSG pada penutupan tahun 2021 mencapai 6,581.5 dengan rata-rata perdagangan saham harian Rp13,4 triliun.

"Ini sudah lebih tinggi dibandingkan pada saat sebelum pandemi jadi bisa dibilang kita sudah menunjukkan recovery," tuturnya.

Sementara itu, Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia Ni Made Daryanti mengungkapkan, pada investasi tahun 2022, perusahaannya akan fokus pada saham dan obligasi. "Untuk saham, kita overweight. Kami memiliki pandangan yang positif untuk saham Indonesia di 2022," ujarnya dalam acara yang sama.

Ia menjelaskan pihaknya telah memulai peningkatan eksposur secara progresif pada sektor siklikal seiring dengan ekspektasi pemulihan ekonomi di 2022.

Kemudian, untuk obligasi, dia menjelaskan bahwa perusahaanya menyikapi hal ini dengan netral. "Bukan berarti obligasi itu kita langsung jual karena ada isu inflasi dan kenaikan tingkat bunga, itu tidak. Tapi, obligasi di sini kita netral," ungkapnya.



Di sisi lain, Kepala Ekonom Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat memberikan tiga strategi investasi di tahun 2022. Pertama yang perlu di lihat adalah dinamika ekonomi makro global. Kedua, Fundamental ekonomi dan keuangan domestik. Dan ketiga, market positioning yang tetap mengacu pada kehadiran investor asing. Yang menarik dari tahun lalu adalah banyak investor asing keluar dari pasar SBN sehingga kepemilikan SBN proporsinya sudah jauh dari 20%.

"Ini kesempatan bagi investor domestik untuk masuk. saya punya alasan untuk optimis dengan pasar modal Indonesia, namun ada catatan lain. Catatannya karena selama pandemi kita melihat namanya pemulihan kurva K-shape, di mana ada sektor pemenang, ada sektor pecundang, ada industri baru yang dikaitkan dengan kehadiran fintech," tandasnya.

Direktur Jasa Capital AM Rully Anwar, menuturkan, prospek investasi di Indonesia ke depan tetap menjanjikan dan semakin bergeser dari industri pengolahan ke jasa baik PMDN dan PMA.

Bila diidentifikasi, menurutnya, Indonesia punya raw material (bahan baku) yang bagus dan banyak. Kemudian memiliki SDM yang artinya potensi domestik marketnya besar. dan pertumbuhan ekonominya berada pada jalur yang baik. 

"Tiga hal ini seharusnya bisa menambah keinginan dan antusiasme investor untuk keep on investing, bahkan menambah investasinya di Indonesia lebih banyak lagi," sebutnya.**

×
Berita Terbaru Update