Notification

×

Iklan

Iklan

Pergerakan Tanah dan Longsor Masih Mungkin Terjadi di Jabar

Selasa, 03 April 2018 | 15:14 WIB Last Updated 2018-04-03T08:14:46Z
BANDUNG,LENTERAJABAR.COM-Pergerakan tanah dan longsor pada April 2018 diprediksi masih akan terjadi di wilayah Jawa Barat, terutama di bagian tengah dan selatan. Namun kecenderungannya terbilang lebih berkurang dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.

Hal itu, disampaikan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kasbani, di jalan DiponegoronKota Bandung Selasa (3/4/2018). 

Menurut Kasbani, potensi longsor juga masih terjadi di kawasan Puncak."Potensi gerakan tanah atau longsor berdasarkan peta peringatan potensi terjadi gerakan tanah dan banjir bandang di Indonesia pada April 2018 memang sedikit berkurang jika dibandingkan dengan Februari dan Maret," katanya.

"Kami memberikan peta prakiraan potensi longsor selama sebulan ke depan. Itu sebagai peringatan dini pemerintah daerah, sebagai pedoman. Peta kebencanaan diimbau untuk digunakan untuk peringatan dini. Kami tidak hanya peta prakiraan gerakan tanah sebenarnya. Gunung api, gempa bumi kami juga ada peta prakiraannya," katanya.

Karena itu, lanjutnya, pihaknya mengimbau beberapa pihak terkait, terutama pemerintah daerah, untuk melakukan antisipasi terkait terjadinya bencana tanah longsor. Dikatakan, longsor yang terjadi pada saat bukan musim penghujan ini menyebabkan masyarakat kurang waspada karena hujan sudah tidak ada dan beraktivitas normal seperti berkebun atau ke sawah.

"Sehingga masyarakat yang tingal di bawah atau pada lereng terjal, di daerah aliran sungai atau sepadan sungai harus senantiasa waspada terhadap ancaman longsoran pada saat hujan dan tidak hujan, serta mengenal tanda-tanda awal sebelum longsor," ucapnya.

Dia memaparkan, tanda-tanda awal longsor umumnya muncul retakan pada lereng, beberapa pohon atau tiang listrik sudah mulai miring, tiba-tiba muncul rembesan pada lereng, runtuhan batu kecil, terjadi pembendungan sungai atau air sungai tiba-tiba tidak mengalir, dan lereng tiba-tiba mengembung.

Sementara itu, terkait gerakan tanah longsor di wilayah Puncak yaitu Cianjur dan Bogor beberapa waktu lalu dipicu oleh intensitas curah hujan sangat tinggi. Menurut Kasbani, kejadian tanah longsor di kawasan tersebut sudah sering kali terjadi, kejadian pertama di Bulan Januari Tahun 2009, 2013 dan menyusul di 2014.

Ketua Tiim Tanggap Darurat longsor Cianjur, Imam Santosa, mengatakan, kemungkinan longsor di kawasan puncak bisa saja terjadi kembali. Mengingat intensitas curah hujan yang masih tinggi. Imam menuturkan, menurut pantauannya kondisi wilayah Ciloto memiliki kemiringan lereng terjal dengan kondisi tanah bagian atas mengalami pelapukan, sedangkan bagian bawahnya adalah batuan gunung api tua.

"Yang bagian atasnya tidak tahan air, jadi ketika hujan langsung masuk ke tanah sedangkan, bagian bawahnya kedap air sehingga tertahan disitu, yang akhirnya menyebabkan longsor," tuturnya.

Hingga saat ini, pihaknya telah merekomendasikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur, untuk membongkar kios - kios yang ada di wilayah Ciloto tepatnya di Puncak Pass.

"Kita rekomendasikan juga untuk memapas tebing dari arah kiri jalan atau tepatnya bagian Utara, selain itu untuk pihak PUPR juga diminta untuk memapas dan melakukan pelebaran jalan," tandasnya.

Sebelumnya, Bencana longsor kembali melanda wilayah Puncak tepatnya di Ciloto Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur atau Puncak Pass, pada malam 28 Maret 2018. Sehingga menyebabkan jalur Puncak Gunung mas - Ciloto kembali ditutup.(Red)
×
Berita Terbaru Update