BANDUNG,LENTERAJABAR.COM-Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dengan PT Kolaborasi Ide menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan untuk menghasilkan programmer sebagai alternatif profesi bagi para penyandang Disabilitas.
Setelah sukses dilaksanakan di beberapa kota di Indonesia, Bekraf menyelenggarakan Coding Mum di Bandung. Program ini diberi nama Coding Mum Disabilitas sebagai pengembangan dari Coding Mum yang telah dilaksanakan pada 2016 - 2017 dengan sasaran ibu ibu rumah tangga dan buruh migran lndonesia di luar negeri.
Kegiatan Coding Mum bertujuan untuk memberikan ketrampilan di bidang digital khususnya dalam pembuatan front and website. Saat ini ketrampilan tersebut sangat dibutuhkan di era digital masa kini.
Kepala Bekraf, Triawan Munaf mengatakan kegiatan ini merupakan bagian dari skenario besar untuk mencapai sasaran strategis Bekraf dalam menyerap tenaga kerja dari sektor industri ekonomi kreatif hingga berjumlah hingga tujuh belas jiwa di tahun 2019.
“Coding Mum Disabilitas diharapkan dapat lebih memberdayakan saudara saudara kita yang karena satu dan lain hal mempunyai kemampuan yang berbeda. Program ini juga sekaligus untuk menjawab tantangan alert coder atau kekurangan tenaga programer di Indonesia," ujarnya di Jalan Gegerkalong Hilir, Kota Bandung, Rabu (28/3/2018).
Kekurangan tenaga tenaga programer tersebut semakin terasa ketika ekonomi kreatif yang akan dikembangkan yakni yang bertranformasi ke digital. Dibutuhkan setidaknya 100 ribu programer handal untuk membangun 1000 start up yang berkualitas. Artinya, satu orang start up akan membutuhkan ratusan orang programer untuk mendukung usahanya.
"Kekurangan ini membuat perusahaan perusahaan ekonomi kreatif berbasis teknologi yang sedang tumbuh di indonesia harus mengimpor tenaga yang dibutuhkan dari India," tambahnya.
Ia menambahkan bahwa para penyandang Disabilitas dinilai cocok untuk dilatih sebagai tenaga programer karena relatif pekerjaan ini tidak membutuhkan mobilitas aktifltas fIsik yang tinggi. Pemprograman justru membutuhkan ketekunan para praktisinya untuk berkonsentrasi penuh dengan aktifitas fIsik yang minim Untuk aiasan tersebut, para disabilitas dinilai cocok untuk bekerja sebagai programer.
Materi pelatihan dalam program Coding Mum Difable diberikan oleh pengajar dari beberapa institusi pendidikan seperti Cievio, Diio Mikti dan ProCode CG. Pelatihan diberikan dalam bentuk coaching yang dapat lebih mudah dimengerti dan diserap oleh para peserta. Pelatihan ini akan memberikan pengetahuan dan keahlian dalam mendesain serta teknik produksi yang menggunakan HTML dan Javascript.
"Hasil dari kegiatan ini diharapkan para peserta dapat menjadi Web Developer, dan internet marketer yang bisa mengembangkan bisnis internetnya secara mandiri," ungkapnya.
Coding Mum sendiri merupakan salah satu program unggulan dari Bekraf. Diharapakan, seiain bertambah ketrampiiannya, mereka juga menjadi lebih percaya diri bahwa memiiiki keterampiian yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja masa depan.
"Kegiatan ini tentunya untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan dan pembaharuan keterampiian, agar setelah menerima pelatihan ini mereka mampu benNirausaha online dengan cara membuat halaman web sendiri ataupun bekerja di perusahaan teknologi," pungkasnya.(Red/Rls)
Setelah sukses dilaksanakan di beberapa kota di Indonesia, Bekraf menyelenggarakan Coding Mum di Bandung. Program ini diberi nama Coding Mum Disabilitas sebagai pengembangan dari Coding Mum yang telah dilaksanakan pada 2016 - 2017 dengan sasaran ibu ibu rumah tangga dan buruh migran lndonesia di luar negeri.
Kegiatan Coding Mum bertujuan untuk memberikan ketrampilan di bidang digital khususnya dalam pembuatan front and website. Saat ini ketrampilan tersebut sangat dibutuhkan di era digital masa kini.
Kepala Bekraf, Triawan Munaf mengatakan kegiatan ini merupakan bagian dari skenario besar untuk mencapai sasaran strategis Bekraf dalam menyerap tenaga kerja dari sektor industri ekonomi kreatif hingga berjumlah hingga tujuh belas jiwa di tahun 2019.
“Coding Mum Disabilitas diharapkan dapat lebih memberdayakan saudara saudara kita yang karena satu dan lain hal mempunyai kemampuan yang berbeda. Program ini juga sekaligus untuk menjawab tantangan alert coder atau kekurangan tenaga programer di Indonesia," ujarnya di Jalan Gegerkalong Hilir, Kota Bandung, Rabu (28/3/2018).
Kekurangan tenaga tenaga programer tersebut semakin terasa ketika ekonomi kreatif yang akan dikembangkan yakni yang bertranformasi ke digital. Dibutuhkan setidaknya 100 ribu programer handal untuk membangun 1000 start up yang berkualitas. Artinya, satu orang start up akan membutuhkan ratusan orang programer untuk mendukung usahanya.
"Kekurangan ini membuat perusahaan perusahaan ekonomi kreatif berbasis teknologi yang sedang tumbuh di indonesia harus mengimpor tenaga yang dibutuhkan dari India," tambahnya.
Ia menambahkan bahwa para penyandang Disabilitas dinilai cocok untuk dilatih sebagai tenaga programer karena relatif pekerjaan ini tidak membutuhkan mobilitas aktifltas fIsik yang tinggi. Pemprograman justru membutuhkan ketekunan para praktisinya untuk berkonsentrasi penuh dengan aktifitas fIsik yang minim Untuk aiasan tersebut, para disabilitas dinilai cocok untuk bekerja sebagai programer.
Materi pelatihan dalam program Coding Mum Difable diberikan oleh pengajar dari beberapa institusi pendidikan seperti Cievio, Diio Mikti dan ProCode CG. Pelatihan diberikan dalam bentuk coaching yang dapat lebih mudah dimengerti dan diserap oleh para peserta. Pelatihan ini akan memberikan pengetahuan dan keahlian dalam mendesain serta teknik produksi yang menggunakan HTML dan Javascript.
"Hasil dari kegiatan ini diharapkan para peserta dapat menjadi Web Developer, dan internet marketer yang bisa mengembangkan bisnis internetnya secara mandiri," ungkapnya.
Coding Mum sendiri merupakan salah satu program unggulan dari Bekraf. Diharapakan, seiain bertambah ketrampiiannya, mereka juga menjadi lebih percaya diri bahwa memiiiki keterampiian yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja masa depan.
"Kegiatan ini tentunya untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan dan pembaharuan keterampiian, agar setelah menerima pelatihan ini mereka mampu benNirausaha online dengan cara membuat halaman web sendiri ataupun bekerja di perusahaan teknologi," pungkasnya.(Red/Rls)