Notification

×

Iklan

Iklan

Bedi Budiman Ketua Komisi I DPRD Jabar, Raih Gelar Doktor Hubungan Internasional Fisip Unpad

Sabtu, 19 Februari 2022 | 19:57 WIB Last Updated 2022-02-19T12:57:58Z

Caption : Bedi Budiman saat sidang disertasi promosi doktor (S3) Program Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Padjajaran

BANDUNG.LENTERAJABAR.COM,-Ketua Komisi I DPRD Provinsi Jawa Barat Fraksi PDI Perjuangan Bedi Budiman, meraih gelar Doktor (S3) Program Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Univesitas Padjadjaran setelah melaksanakan sidang promosi doktor, Jumat (18/2/2022).

Bedi berhasil mempertahankan disertasinya berjudul "Reaktualisasi Gerakan Non-Blok Dalam Sistem Internasional Unipolar" di hadapan penguji yang yang diketuai Prof. Obsatar Sinaga, Prof. Yanyan M Yani, (Anggota) dan Drs. Taufik Hidayat, (Anggota) serta Tim Oponen Ahli yakni Dr. R. Widya Setiabudi Sumadinata, Dr. Wawan Budi Darmawan, Dr. Gilang Nur Alam, dan Prof. H. Sam’un Jaja Raharja, selaku representasi guru besar Universitas Padjadjaran.

Saat memaparkan disertasinya, Bedi mengungkapkan, penelitian tersebut dilakukan untuk mengkaji bagaimana langkah yang harus dilakukan Gerakan Non Blok (GNB) di tengah tatanan politik dunia yang sudah tidak bersifat bipolar lagi.

Sementara Novelty atau kebaruan dalam penelitiannya Bedi mendasari pada kajian genealogi dari pemikiran dan tindakan lima pendiri GNB yakni; Soekarno (Indonesia), Nehru (India), Nasser (Mesir), Tito (Yugoslavia) dan Kwame Nkrumah (Ghana), yang selaras untuk mewujudkan perdamaian dunia namun ditempuh dengan cara realistis, dalam paradigma berpikir Hubungan Internasional (HI) dikenal dengan mazhab realisme.



"Mereka (pendiri GNB) menempuh strategi perjuangannya mulai dari nasional, regional, hingga global (GNB). Misalnya Nasser dengan Pan Arabisme, Nkrumah dengan Pan Afrikanisme, Tito dengan Balkan Pact, Soekarno dan Nehru dengan KAA 1955. Capaian GNB yang paling menonjol dan fundamental adalah Dekolonisasi, Detente dan Disarmarment. Andai tidak ada GNB maka laju Perang Dingin akan semakin tidak terkendali," kata Bedi.

Bedi juga mengungkap transformasi GNB yang selalu dipelopori Indonesia dalam wadah Kerjasama Teknik Selatan-Selatan dengan metode triangulasi guna mengatasi masalah perekonomian negara-negara berkembangan.

"Kapabilitas Indonesia yang kini makin diperhitungkan hingga menjadi Presidensi G-20, akan menjadi momentum strategis untuk menyuarakan kepentingan GNB dalam menciptakan tatanan ekonomi dunia baru yang lebih berkeadilan," pungkasnya.(Rie/Adv)

×
Berita Terbaru Update