Notification

×

Iklan

Iklan

Masyarakat Diminta Tidak Panik dan Cemas Terhadap Virus Corona

Jumat, 31 Januari 2020 | 21:10 WIB Last Updated 2020-01-31T14:10:36Z
dr.Anggraeni Alam, Wakil Ketua Tim Khusus Infeksi Rumah Sakit Hasan Sadikin ( RSHS) saat menerangkan wabah virus corona di acara Japri di lobby Museum Gedung Sate.Jumat ( 31- 1- 2020 )
BANDUNG.LENTERAJABAR.COM,-Merebaknya informasi dan isu-isu hoax salah satunya yang menyatakan bahwa virus corona bisa menular ke hewan peliharaan.

Dalam upaya memberikan informasi yang benar dan mengedukasi masyarakat Pemerintah daerah Provinsi(pemdaprov) melalui biro Humas dan Protokol
dalam acara Jabar Punya Informasi (JAPRI) ke-61 dengan tema "Penyebaran dan Pencegahan Virus Corona " di  Lobby Museum Gedung Sate jalan Diponegoro no 22 Kota Bandung.Jumat ( 31- 1- 2020 )

Dengan menghadirkan narasumber ; 1. Kepala Seksi Surveilans Imunisasi Dinkes Jabar, dr. Luqman Yanuar Rachman, MPH .2. Kepala SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Al Ihsan, dr. Apen Afgani, Sp.PD., M.Kes. 3. Tim Inspeksi Khusus RSHS, dr. Anggraeni. 4. Perwakilan Perhimpunan Dokter Umum Indonesia, dr. Hadri Pramono, MARS dan 5. Kepala Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Bandung, dr. Medi Nursasih

dr.Anggraeni Alam, Wakil Ketua Tim Khusus Infeksi Rumah Sakit Hasan Sadikin ( RSHS),pada kesempatan itu mengatakan,"masyarakat diminta tidak khawatir dengan isu yang menyatakan bahwa virus corona bisa menular ke hewan peliharaan,"jelasnya.

Lebih lanjut diungkapkannya berdasarkan informasi dari WHO (World Health Organization) yang diterimanya Jumat (31/1/2020) pagi, dinyatakan bahwa virus tersebut tidak menular kepada manusia lewat hewan peliharaan.

"WHO baru mengeluarkan pernyataan, baru Subuh tadi, bahwa kita jangan berpikir hewan peliharaan bisa menularkan virus ini. Hewan peliharaan tidak bisa menularkan virus ini kepada kita," tutur Angi sapaan akrab biasa di panggil.

Menurut Anggraeni memang selama ini jarak antara manusia dengan hewan semakin dekat.Begitupun peredararan hewan peliharaan yang semakin cepat di zaman serba modern ini.

"Kita sekarang memang semakin borderless, transportasi sudah bukan main. Antara hewan dan manusia semakin dekat," katanya.

Selama ini hanya ada dugaan-dugaan sumber penularan virus ini dari ular atau kelelawar, itupun muncul beberapa keraguan dalam beberapa penelitian lanjutannya karena biasanya virus disebarkan oleh burung.

Anggraeni mengatakan memang dengan berbagai informasi yang beredar mengenai virus ini, masyarakat banyak yang jadi panik.
Tidak sedikit warga yang cuma mengalami batuk dan pilek dan baru mengunjungi Singapura, Hongkong, atau negara lainnya yang terpar virus tersebut, merasa terkena virus corona.

"Banyak yang rata-rata karena kekhawatiran. Mereka menyatakan pada November, Oktober, dan bulan kapan, dari kota ini dan itu, merasa harus diperiksa, khawatir terkena virus corona," katanya.

Ada empat tingkatan atau kasus mengenai pendeteksian virus ini, katanya.

Pertama adalah kasus dalam pemantauan, yakni orang yang kurang dari 14 hari mengunjungi negara-negara yang terkonfirmasi terjadi kasus virus corona dan mengalami batuk, pilek, dan demam, tapi tidak mengalami pnemonia atau sesak napas dan perburukan kondisi yang cepat.

Status kedua adalah kasus orang dalam pengawasan, yakni orang yang kurang dari 14 hari mengunjungi negara-negara yang terkonfirmasi terjadi kasus virus corona dan mengalami batuk, pilek, dan demam, serta mengalami pnemonia atau sesak napas dan perburukan kondisi yang cepat.

Kasus ketiga adalah kasus probabel, yakni yang mengalami gejala-gejala corona virus dan diperiksa untuk kasus tersebut, tapi tidak dapat disimpulkan positif coronavirus, dengan kata lain terkonfirmasi positif pan-coronavirus atau beta coronavirus.

Kasus keempat adalah Kasus Konfirmasi yakni orang yang positif terkena coronavirus dari hasil laboratorium.

"Sekarang ini banyak yang kriterianya panik, bukan keempat kasus ini. Bukan 14 hari mengunjungi Cina atau negara yang terkonfirmasi ada pasien positif, tapi yang ke Cina atau Hongkong atau Singapura pada November dan Oktober juga panik," katanya.

Anggraeni mengatakan obat untuk penyakit ini belum ditemukan. Hanya saja, vaksinnya sedang dibuat di Universitas Melbourne di Australia. Pemerintah Cina dan Rusia pun membuat vaksin tersebut. Amerika Serikat melakukan penelitian terhadap percepatan hasil laboratorium terhadap pasien tersebut.

"Pesan baru dari WHO, selain mencuci tangan dan mengenakan masker, masyarakat diminta memastikan peralatan dan bahan makanan semua bersih. Makan makanan yang matang apalagi hewani. Pastikan makanan sehat, makanan yang normal dikonsumsi orang kebanyakan," pungkasnya.

Sementara itu di tempat yang sama dr.dr. Luqman Yanuar Rachman, MPH .Kepala Seksi Surveilans Imunisasi Dinas Kesehatan Jawa Barat  mengatakan,pasien dengan status berada dalam pengawasan terkait infeksi virus corona baru di wilayah Provinsi Jawa Barat (Jabar) berkurang setelah dua pasien yang menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dinyatakan tidak terinfeksi virus penyebab wabah di Wuhan, Cina. "Total ada empat orang dalam pengawasan, dua di RSHS, (masing-masing) satu di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cirebon," jelasnya.

"Untuk yang di RSHS itu satu orang sudah dikembalikan (dipulangkan ke rumah) dan satu lagi ke rumah sakit yang merujuk (ke RS Boromeus Bandung). Dua lagi sempat masuk rumah sakit sedang diperiksa hasil lab-nya dan semuanya dalam kondisi membaik," tuturnya.

Sedangkan Perwakilan Persatuan Dokter Umum Indonesia  (PDUI), dr. Hadri Pramono, MARS menghimbau masyarakat untuk menambah pentilasi/ sirkulasi udara. Pintilasi yang terbaik itu terdapat di Puskesmas yaitu 12 hch, sedangkan di klik itu masih banyak kurang baik.

Selain, hendaknya masayrakat menjaga kebersihaln lingkungan dan cuci tangan sebelum memegang makanan, memakan makanan yang sehat dan yang sudah dimasak matang, ujarnya.

Sementara itu Kepala Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Pelabuhan Kelas II Bandung, dr Medi Nursasih menyebutkan, pihaknya telah melakukan upaya cegah menangkal dengan memasang Thermo Scanner di pintu-pintu masuk Bandara. Seperti di Bandara Husein Sastra Negara, dan Bandara Internasional Jawa Barat(BIJB) Kertajati Majalengka Jawa Barat, katanya.

Selain di bandara kita juga melakukan pengecekan di beberapa pelabuhan (Laut) seperti, Pelabuhan Cirebon, Pelabuhanratu Sukabumi, Subang, Cianjur dan Pangandaran. Bahkan kita juga melakukan pemantauan dan pmeriksaan melalui Terminal-terminal bus (darat).

KKP Bandung juga sudah menyiapkan ruangan khusus, Ambulans khusus termasuk Brangker khusus di Bandara Husein dan BIJB Kertajati orang dari bandara ke Rumah sakit, pungkasnya(Rie/Red)



×
Berita Terbaru Update