SURAKARTA,LENTERAJABAR.COM Sudah menjadi tradisi saat merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1438 Hijriyah, Keraton Surakarta menggelar Hajad Dalem Gerebeg Syawal, dengan mengarak sepasang gunungan dari keraton ke Serambi Masjid Agung, Selasa (27/6/2017).
Pasangan gunungan, yang disebut "Gunungan Jaler" dan "Gunungan Estri" dan terbuat dari hasil bumi dan makanan kering yang tersusun berbentuk kerucut, diarak dengan pengawal "Bregodo" atau brigade prajurit Keraton Surakarta dengan korps musik "Baris Terik Tempe" yang khas sebagai pemandu.
Hajad Dalem Gerebeg Syawal tersebut, pelaksanaannya sama persis dengan Gerebeg Maulud dalam peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW, yang juga mengarak gunungan ke Serambi Masjid Agung.
Berbeda dengan Gerebeg Syawal, jumlah gunungan yang diarak dalam Gerebeg Maulud biasanya dua pasang atau lebih dan masyarakat yang memperebutkan gunungan pun mencapai ribuan orang. Sedangkan dalam Gerebeg Syawal tersebut masyarakat yang menyaksikan tidak sebanyak Gerebeg Maulud dan yang ikut berebut juga hanya ratusan orang yang berada di sekitar serambi.
Prosesi Hajad Dalem Gerebeg Syawal 1438 Hijriyah ini, berangkat dari keraton sekitar pukul 11.00 WIB. Sepasang gunungan diusung dari keraton menuju Serambi Masjid Agung lewat Bangsal Sitinggil, Pagelaran, Alun-alun Utara.
Sesampai di Serambi Masjid Agung, utusan Sunan Paku Buwono III memerintahkan kepada ulama Keraton Surakarta, Pujodipuro, untuk memanjatkan doa untuk Sunan Paku Buwono XIII beserta kerabat keraton, untuk keselamatan bangsa dan negara Indonesia dan lain-lain. Begitu doa selesai, salah satu gunungan diperebutkan dan satu lagi dibawa kembali ke keraton dan diperebutkan di depan Kori Kamandungan.
Budayawan Keraton Surakarta, Kanjeng Pangeran Aryo (KPA) Winarno Kusumo, menjelaskan, Gerebeg Syawal merupakan tradisi keraton dalam merayakan Idul Fitri. Hasil bumi dan makanan yang merupakan bahan baku sepasang gunungan, merupakan simbol dari harmoni alam yang diciptakan secara berpasangan oleh Tuhan Sang Maha Pencipta.
“Gerebeg Syawal itu juga sebagai ungkapan rasa syukur atas kemenangan setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa,” katanya.
Hajad Dalem Gerebeg Syawal kali ini baru dilaksanakan pada hari kedua setelah lebaran, menurut KPA Winarno, karena pada hari pertama setelah lebaran banyak abdi dalem yang masih berlebaran.(Red/Bbs)
Pasangan gunungan, yang disebut "Gunungan Jaler" dan "Gunungan Estri" dan terbuat dari hasil bumi dan makanan kering yang tersusun berbentuk kerucut, diarak dengan pengawal "Bregodo" atau brigade prajurit Keraton Surakarta dengan korps musik "Baris Terik Tempe" yang khas sebagai pemandu.
Hajad Dalem Gerebeg Syawal tersebut, pelaksanaannya sama persis dengan Gerebeg Maulud dalam peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW, yang juga mengarak gunungan ke Serambi Masjid Agung.
Berbeda dengan Gerebeg Syawal, jumlah gunungan yang diarak dalam Gerebeg Maulud biasanya dua pasang atau lebih dan masyarakat yang memperebutkan gunungan pun mencapai ribuan orang. Sedangkan dalam Gerebeg Syawal tersebut masyarakat yang menyaksikan tidak sebanyak Gerebeg Maulud dan yang ikut berebut juga hanya ratusan orang yang berada di sekitar serambi.
Prosesi Hajad Dalem Gerebeg Syawal 1438 Hijriyah ini, berangkat dari keraton sekitar pukul 11.00 WIB. Sepasang gunungan diusung dari keraton menuju Serambi Masjid Agung lewat Bangsal Sitinggil, Pagelaran, Alun-alun Utara.
Sesampai di Serambi Masjid Agung, utusan Sunan Paku Buwono III memerintahkan kepada ulama Keraton Surakarta, Pujodipuro, untuk memanjatkan doa untuk Sunan Paku Buwono XIII beserta kerabat keraton, untuk keselamatan bangsa dan negara Indonesia dan lain-lain. Begitu doa selesai, salah satu gunungan diperebutkan dan satu lagi dibawa kembali ke keraton dan diperebutkan di depan Kori Kamandungan.
Budayawan Keraton Surakarta, Kanjeng Pangeran Aryo (KPA) Winarno Kusumo, menjelaskan, Gerebeg Syawal merupakan tradisi keraton dalam merayakan Idul Fitri. Hasil bumi dan makanan yang merupakan bahan baku sepasang gunungan, merupakan simbol dari harmoni alam yang diciptakan secara berpasangan oleh Tuhan Sang Maha Pencipta.
“Gerebeg Syawal itu juga sebagai ungkapan rasa syukur atas kemenangan setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa,” katanya.
Hajad Dalem Gerebeg Syawal kali ini baru dilaksanakan pada hari kedua setelah lebaran, menurut KPA Winarno, karena pada hari pertama setelah lebaran banyak abdi dalem yang masih berlebaran.(Red/Bbs)