Notification

×

Iklan

Iklan

Stop Bermedsos Ria dan Rasakan Manfaatnya

Senin, 13 Maret 2017 | 12:25 WIB Last Updated 2017-03-13T05:25:52Z
LENTERAJABAR.COM - Media sosial kini dipenuhi dengan konten negatif seperti berita hoax, barisan haters, hingga pengabaian unsur SARA. Hal-hal ini kadang membuat timeline jadi kurang nyaman bagi banyak orang.
 
Tapi, itu bukan satu-satunya hal yang bikin membuka Facebook, Twitter, Instagram, dan Path tak asyik lagi. Teman yang kebanyakan pamer, simpatisan partai atau calon gubernur, hingga mempertentangkan keyakinan kadang bikin enek.
 
Nah, jika medsos tidak lagi memberikan apa yang kita butuhkan, detoks media sosial boleh dicoba. Terlebih, kalau kita sudah kecanduan medsos sampai mengganggu kehidupan sehari-hari.
 
”Kalau dari awal ingin cari hiburan, tapi justru tak mendapat hiburan dari medsos atau malah mendapat kebalikannya, rehat saja,” ujar Ike Herdiana MPsi, psikolog.

Hal itu bisa diawali dengan mengurangi frekuensi membuka medsos. Jika biasanya buka Instagram 10 menit sekali, bisa dikurangi jadi 30 menit sekali.

Lalu, sejam sekali dan seterusnya. Jika sudah terbiasa, kita bisa mulai vakum secara penuh.Awalnya akan sulit. Terutama bagi digital native atau generasi yang lahir dan dibesarkan dengan dunia digital.
 
Generasi digital lahir mulai ’90-an berbeda dengan digital immigrant, generasi yang lahir sebelum’90-an. Generasi itu akan lebih mudah melepaskan diri dari media sosial.
”Contohnya, Reza Rahadian. Dia itu digital immigrant. Dari awal merasa nyaman-nyaman aja tanpa medsos,” jelas psikolog dan dosen Universitas Airlangga Surabaya itu.

Manfaat yang didapat dari detoks medsos bergantung pada kebutuhan kita pada medsos itu sendiri. Yang jelas, rehat sejenak dari medsos bisa lebih merilekskan pikiran.

Studi dari Journal of Social and Clinical Psychology menyebutkan, pengguna medsos cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain. Padahal, kehidupan media sosial belum tentu sama dengan kehidupan nyata.

Hal itu sangat berbahaya karena dapat menimbulkan rendahnya self-esteem hingga berujung depresi. Nah, dengan rehat sejenak, kita jadi lebih fokus pada kehidupan nyata. Dengan demikian, kita tidak punya waktu membandingkan diri di dunia maya. Mood pun akan lebih stabil.

Sadar atau tidak, saat kita terhubung dengan orang lain di medsos, sebetulnya kita tidak terhubung di dunia nyata. Detoks medsos menjadi waktu yang tepat untuk memperbaiki komunikasi dengan orang lain. Misalnya, orang tua atau sahabat. Atau bahkan pasangan yang terabaikan gara-gara kita terlalu sibuk dengan medsos.

Satu hal yang harus digarisbawahi saat melakukan detoks media sosial, jangan sampai membiarkan diri kita juga vakum di kehidupan nyata.

”Kita bukan akan vakum dari dunia, tapi cuma medsos. Jadi, perbanyak interaksi dengan orang lain di dunia nyata,” tegas Ike. Dengan begitu, kita masih bisa menyerap informasi terkini.

Lantas, kapan saat yang tepat untuk kembali ke media sosial? ”Kapan pun kita merasa siap mengendalikan situasi di medsos, berarti kita sudah siap,” jelas Ike. Jika akun medsos lama memang tidak bisa dikendalikan, membuat akun baru bisa jadi pilihan. Tapi, kita harus pintar-pintar memilih followers atau teman di media sosial.(Fr/Rrd)
×
Berita Terbaru Update