Notification

×

Iklan

Iklan

Redam Tingkat Inflasi BI Perkuat Koordinasi

Minggu, 19 Februari 2017 | 17:17 WIB Last Updated 2017-02-19T10:17:30Z
BANDUNG,LENTERAJABAR.COM Bank Indonesia (BI) mewaspadai tingkat inflasi di sepanjang 2017 yang bisa di atas 4%. Sejak awal tahun, inflasi sudah menunjukkan kecenderungan naik yang disumbangkan oleh kenaikan biaya administrasi STNK dan pencabutan subsidi kepada sebagian pelanggan listrik 900 VA.

"Tingkat inflasi pada Januari 2017 sudah 0,97%. Meski demikian, angka tersebut masih di dalam target yaitu 4% plus minus 1% atau di kisaran 3-5%," kata Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Yoga Affandi, dalam Pelatihan Wartawan Ekonomi di Bandung, Sabtu (18 /2/ 2017).

Menurut Yoga, untuk meredam tingkat inflasi, BI memperkuat koordinasi dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam beberapa kesempatan, BI juga sempat menghadiri rapat koordinasi dengan pemerintah untuk menjaga laju inflasi pada kisarannya.

Salah satu usulan BI adalah menjaga gejolak harga pangan atau volatile food. Harga pangan menjadi elemen penting untuk diatur volatilitasnya mengingat faktor konsumsi di negara berkembang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap inflasi. "Koordinasi penting, pertemuan pada high level meeting untuk menjaga volatile food pada 4-5%," ujar Yoga.

Selain kenaikan inflasi, menurut Yoga, ada tiga tantangan lainnya yang dihadapi ekonomi Indonesia. Tantangan kedua adalah tekanan nilai tukar akibat berbagai macam tantangan dari perekonomian dunia. Namun demikian, fundamental ekonomi Indonesia jauh lebih baik dibandingkan negara di kawasan regional.

Dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang baik dan kuat, maka nilai tukar rupiah dapat stabil. Yoga menyatakan, bank sentral akan terus melakukan berbagai upaya dalam menstabilkan nilai tukar rupiah.

Tantangan ketiga adalah apabila inflasi tidak dapat dikelola dengan baik, maka dampaknya akan berimbas kepada produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Yoga menuturkan, ini khususnya akan berdampak kepada masyarakat berpendapatan rendah. "Terutama yang lower income bisa tergerus dengan kenaikan inflasi terhadap purchasing power (daya beli)," tutur Yoga.

Tantangan keempat yang diwaspadai oleh bank sentral adalah rigiditas suku bunga pinjaman. Yoga menyatakan, bank sentral merespons tantangan ini dengan mendorong kebijakan makroprudensial.(Fr/R)
×
Berita Terbaru Update