Caption : Siswa Sekolah Dasar antusias mengikuti Pelaksanaan kegiatan Nyampeur ini juga berkolaborasi dengan adanya EXPO dari SDN 020 Lengkong Besar
BANDUNG.LENTERAJABAR.COM,-- Permainan dapat menjadi sarana untuk
saling mengenal dan bersosialisasi antar individu maupun dengan lingkungan
sekitarnya terlebih lagi melalui permainan tradisional. Permainan tradisional
disamping sebagai bagian dari budaya juga memiliki fungsi sebagai wadah
pembelajaran dalam pembangunan karakter bagi anak-anak. Anak-anak ibaratkan
gerbang utama dalam menghubungkan hubungan antargenerasi. Hal ini lah yang
kemudian digarisbawahi dan menjadi dasar dalam kegiatan Nyampeur yang dilaksanakan oleh Mahasiswa Antropologi Budaya dari
ISBI (Institut Seni Budaya Indonesia) Bandung sebagai bentuk penyelesaian tugas
akhir dalam mata kuliah Pariwisata Budaya yang digelar pada hari Kamis, 15 Juni
2023.
Dr. Cahya Hedy, S. Sen., M. Hum, selaku Dekan Fakultas Budaya dan Media ISBI Bandung memaparkan bahwa Fakultas Budaya dan Media memiliki beberapa mata kuliah unggulan dan Pariwisata Budaya ini merupakan salah satunya.
"Mahasiswa sebagai peserta didik dituntut untuk dapat
mewujudkan sebuah event yang bersinergis dengan alam sekitar. Mata kuliah ini
menuntut mahasiswa untuk kreatif dengan dapat berkolaborasi dengan masyarakat,
sehingga mahasiswa dapat memilih momen kreatif berbasis kearifan lokal yang
disusun menjadi sebuah kegiatan" ujarnya.
Berdasarkan hal tersebut, kegiatan Nyampeur berupaya untuk berfokus pada potensi yang dimiliki Kota Bandung terutama pada elemen-elemen kegiatan pendukung yang juga berkontribusi terhadap daya tarik Kota Bandung. Tidak selalu dalam wujud kesenian, namun sebagai Kota, daya tarik Kota Bandung menurut para Nyampeur terletak pada sejarahnya dan permainan tradisional menjadi salah satu diantaranya.
Permainan tradisional bagi Nyampeur merupakan elemen kegiatan pendukung yang penting untuk dilestarikan sebagai salah satu “harta karun” dari Kota Bandung yang identik dengan budaya Sunda. Permainan seperti Sorodot Gaplok, Sondah, Sapintrong, Congklak, Beklen, Momonyetan, Pletokan dan Kelom Batok menjadi salah satu pilihan diantara banyak pilihan lain permainan tradisional yang diberikan ruang kembali oleh Nyampeur.
Tujuan dari kegiatan Nyampeur ini ialah untuk membangun hubungan antara masyarakat dengan wilayahnya, yakni Kota Bandung dengan menyadari potensi yang dimiliki, baik dengan memperkenalkan kembali kepada generasi baru atau memberikan kesempatan untuk bernostalgia pada generasi yang pernah mengenalnya.
Nyampeur memiliki harapan untuk dapat memberi ruang kembali bagi potensi Kota Bandung untuk berkembang. Tema “Karek Ulin Karek Ngarasa” dalam membangun hubungan antara satu sama lain melalui permainan tradisional dipilih Nyampeur sebagai langkah pertama untuk menggali potensi-potensi lainnya dari segudang potensi yang dimiliki Kota Bandung.
Nyampeur dalam bahasa sunda memiliki arti sebuah ajakan. Biasanya kata ini dipakai ketika akan mengajak teman untuk bermain bersama. Ajakan ini dalam event Nyampeur diartikan sebagai ajakan untuk kembali ke masa lalu, dan kegiatan Nyampeur ini merupakan wadah mesin waktu untuk melakukannya.
Dekan Fakultas Budaya dan Media, Dr. Cahya Hedy, S. Sen., M. Hum., menyebutkan, “Nyampeur mengindikasikan satu spirit, anak-anak pada zaman dahulu ini tidak lepas dari dunia sendiri yaitu dunia kaulinan lembur atau permainan anak. Nyampeur ini merupakan suatu ajakan. Anak-anak begitu akrab dengan sesamanya, akrab dengan lingkungannya, dengan permainan anak.”
Kegiatan Nyampeur ini berlangsung di SDN 020 Lengkong Besar yang berlokasi di Jl. Lengkong Besar No. 139, Kelurahan Balonggede, Kecamatan Regol, Kota Bandung. Pelaksanaan kegiatan Nyampeur ini juga berkolaborasi dengan adanya EXPO dari SDN 020 Lengkong Besar yang diisi dengan penampilan anak-anak dari kelas 1 dan kelas 4 dengan tema “Kearifan Lokal”. Penampilan Pupuh, Bobodoran, Biantara, Kawih merupakan penampilan kreasi yang ditampilkan oleh siswa SDN 020 Lengkong Besar pada saat EXPO berlangsung. Disamping Dekan Fakultas Budaya dan Media ISBI Bandung, kegiatan Nyampeur ini juga dihadiri oleh Dosen Pengampu mata kuliah Pariwisata Budaya yakni Iip Sarip Hidaya, S. Sn., M. Sn. dan Winna Shafanissa M., S.St. Par., MM. Par.
Dr. Cahya Hedy, S. Sen., M. Hum., menambahkan kesannya terhadap kegiatan Nyampeur ini yang mampu bersinergis mewujudkan sebuah event dengan masyarakat langsung terutama di lingkungan pendidikan.
Selaku Dekan Fakultas Budaya dan Media ISBI Bandung, Dr. Cahya Hedy, S. Sen., M. Hum., juga berharap bahwa acara Nyampeur maupun event lainnya yang berbasis dengan tujuan untuk melestarikan budaya juga menghubungkan antara Kampus dengan Masyarakat akan dapat terus berlanjut dengan berhubungan baik, karena masyarakat menurutnya merupakan laboratorium alam kita selaku mahasiswa Antropologi Budaya.
Nyampeur juga berharap bahwa kegiatan yang dianggap sebagai mesin waktu ini selanjutnya dapat membantu Kota Bandung terlebih potensi Pariwisatanya untuk dapat berkembang kembali seperti masa dahulu Jaarbeurs dilaksanakan di Kota Bandung sebagai bagian dari daya tarik Kota Bandung. Dengan tagline “Kenali Lestari” diharapkan Nyampeur dapat memenuhi tujuannya untuk melestarikan apa yang sebelumnya sudah dikenali atau perlu dikenalkan kembali. Mengenali diri akan membantu mewujudkan Lestari. ***