Caption : Tenaga kesehatan Rumah Bersalin Cuma-Cuma (RBC) sebagai program kesehatan yang diinisiasi oleh Sinergi Foundation sedang memberikan layanan kepada masyarakat.(foto istimewa)
BANDUNG.LENTERAJABAR.COM,- Covid-19 belum berakhir
namun penduduk dunia kembali dibuat khawatir dengan adanya virus Hepatitis Akut
Misterius yang menyerang anak-anak. Virus yang telah merebak di sejumlah negara
ini kini telah menjangkau Indonesia.
Hingga saat ini
penyebab hepatitis akut ini belum diketahui pasti. Karena itu pemerintah, Kemenkes,
hingga tenaga medis menghimbau masyarakat untuk tidak panik namun selalu
waspada terhadap gejala Hepatitis Akut Misterius pada anak.
Sejalan dengan himbauan
pemerintah, Rumah Bersalin Cuma-Cuma (RBC) sebagai program kesehatan yang
diinisiasi oleh Sinergi Foundation, saat ini juga sedang mempersiapkan materi
edukasi untuk para member.
“Hepatitis Akut
Misterius ini sesuai dengan namanya, penyebabnya masih misterius, sekarang
referensinya masih didalami Promkes sebelum diedukasikan kepada para member,”
tutur Bidan Dewi, petugas medis di RBC Jl. Holis No.448-A, Caringin, Kec.
Bandung Kulon, Kota Bandung.
RBC sendiri sebagai
tenaga medis pernah beberapa kali menangani persalinan ibu hamil dengan
hepatitis.
“Sesuai dengan
standarnya, klinik juga harus bisa menolong persalinan pasien dengan hepatitis
asalkan tidak ada komplikasi lainnya. Dan kami menolong dengan mengenakan APD
lengkap untuk menghindari penularan,” tutur Bidan Dewi.
Seperti yang diketahui,
penyakit hepatitis menular melalui cairan tubuh, sama seperti kasus covid.
Namun pada Hepatitis Akut Misterius ini belum diketahui virus dan cara
penularannya. Meski begitu, hingga hasil dari para peneliti dipublikasikan,
ikhtiar perlindungan yang dapat dilakukan untuk saat ini adalah daya tahan
tubuh yang baik dan menjaga kebersihan.
“Pada umumnya,
penularan hepatitis berasal dari cairan tubuh. Maka untuk pencegahan bisa
dengan mengunakan masker, cuci tangan, hand sanitizer, dan menjaga kebersihan
diri terutama setelah menggunakan toilet umum, sedangkan untuk nakes APDnya
lebih ketat lagi,”
Rumah Bersalin
Cuma-Cuma sebagai fasilitas kesehatan untuk kalangan dhuafa juga hadir dengan
layanan imunisasi dasar lengkap untuk melindungi anak dari penularan virus.
Mulai dari imunisasi BCG (Bacillus Calmette–Guerin), pentabio, polio (vaksin
oral), IPV (vaksin polio suntik), HB-0 (hepatitis B), dan MR (Measles and
Rubella/campak).
“Imunisasi BCG untuk
mencegah TBC, imunisasi ini diberikan kepada anak usia 0-2 bulan. Jika usia
anak yang hendak diberi vaksin sudah melebihi usia 2 bulan, biasanya dilakukan
tes terlebih dulu terutama jika anak ada gejala batuk terus-menerus. Untuk
mengecek apakah anak negatif atau positif TBC.
Kalau Pentabio itu
diberikan 1 bulan setelah pemberian BCG. Dilakukan selama 3 bulan
berturut-turut. Untuk imunisasi polio, vaksin diberikan secara oral seperti
pentabio. Sedangkan vaksin polio suntik diberikan setelah anak berusia 4 bulan.
Dan vaksin MR pada anak saat berusia 9 bulan,” jelas Bidan Dewi.
Pemberian vaksin ini,
lanjut Bidan Dewi, melihat kondisi anak. Jika sedang sakit, imbuhnya, maka
pemberian vaksin ditunda hingga anak kembali sehat.
Sebab hakikatnya,
imunisasi adalah proses membuat seseorang imun atau kebal terhadap suatu
penyakit. Hal ini dilakukan dengan cara menyuntikkan vaksin (antigen
(mikroorganisma) yang diinaktivasi atau dilemahkan). Karena itu, saat imunisasi
kondisi anak harus dalam keadaan sehat.
“RBC tidak secara
khusus mewajibkan anak-anak member untuk imunisasi. Namun sebagai fasilitas
akses kesehatan kami menyediakan layanan imunisasi untuk memudahkan ibu yang
ingin imunisasi buah hatinya.”
Rumah Bersalin
Cuma-Cuma (RBC) merupakan program kesehatan berbasis zakat yang diinisiasi oleh
Sinergi Foundation. Dari tahun 2004 hingga 2021 sudah lebih dari 205.715 ibu
dan anak dari kalangan dhuafa yang telah merasakan manfaat dari hadirnya RBC.
Kedepannya, guna
memperluas manfaat bagi dhuafa, RBC akan bertransformasi menjadi Klinik Wakaf
Ibu dan Anak (KWIA). (Red/**)