Notification

×

Iklan

Iklan

Kolaborasi Bandung Bebas Stunting Upaya dan Tantangan Pemberian Makanan Bayi dan Anak

Selasa, 23 Maret 2021 | 11:28 WIB Last Updated 2021-03-23T04:28:38Z

Caption : Ummi Siti Muntamah Oded.Ketua TP-PKK Kota Bandung yang juga Forum Bandung Sehat

BANDUNG.LENTERAJABAR.COM
,--Kolaborasi Helen Keller International dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung, TP PKK Kota Bandung, Forum Bandung Sehat (FBS), Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Jawa Barat dan Meds-On

Enam organisasi level lokal, provinsi, dan nasional di Kota Bandung berkolaborasi untuk menyelenggarakan webinar bertajuk "Optimalkan Praktik Pemberian Makan Bayi dan Anak untuk Bandung Bebas Stunting”, Selasa, 23 Maret 2021. 

Perlu diketahui, di Kota Bandung telah ada berbagai program penurunan stunting. Salah satunya bertajuk Bandung Tanginas (Tanggap Stunting dengan Pangan Aman dan Sehat).

Program ini digagas langsung oleh ketua TP-PKK Kota Bandung sekaligus Forum Bandung Sehat yaitu Ummi Siti Muntamah Oded. 

Program ini menyasar ibu hamil, ibu menyusui, dan baduta sebagai kelompok yang masuk dalam 1000 hari pertama kehidupan (HPK). 

Bandung Tanginas berupaya memberikan asupan pangan sehat, pelatihan keterampilan pada kelompok pra-sejahtera, edukasi gizi, pelatihan budidaya lele di dalam ember (budikdamber), pemanfaatan pekarangan rumah untuk budidaya sayuran, dan gerakan BandungSAE (Sadayana ASI Eksklusif).

Pada acara webinar ini dihadiri dari berbagai sektor. Di antaranya organisasi profesi, institusi pendidikan, lembaga pemerintah, puskesmas, LSM, dan masyarakat umum. Acara ini juga dihadiri oleh Direktur Gizi Masyarakat, Kemenkes.

Acara ini mendiskusikan beberapa topik yang hangat di kalangan para ibu. Acara dibuka oleh Gwyneth Cotes sebagai Country Director dari Helen Keller International. 

Dalam sambutannya, Gwyneth menyampaikan, PMBA yang optimal tidak lepas dari pemberian ASI eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) setelah 6 bulan dan tetap menyusui sampai 2 tahun. 

Namun, PMBA yang optimal jauh lebih luas daripada hal tersebut, diantaranya pola asuh, lingkungan yang bersih, serta perlindungan keluarga dari pemasaran dan promosi makanan buatan pabrik yang tidak sehat untuk balita.

Topik pertama membahas tantangan selama pemberian makan anak sebelum pandemi yang dibawakan oleh dr. Dian dari Helen Keller International. 

Dari hasil kajiannya, hampir seluruh balita (sekitar 80%) mengonsumsi makanan ringan buatan pabrik dan berpemanis. Sebaliknya, hanya sedikit bayi yang memakan sayur dan buah yang kaya vitamin A.

Upaya optimalisasi praktik PMBA tidak berhenti selama pandemi. Sentra Laktasi Indonesia (SELASI) bermaneuver dengan memperkenalkan metode telekonseling. 

Program ini berlangung di 7 puskesmas di Kota Bandung. Ibu yang memiliki bayi/baduta yang memiliki kendala dalam proses menyusui atau memberikan MPASI dapat menghubungi Hotline, website, maupun via Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas.(Rie/Red)
×
Berita Terbaru Update