Notification

×

Iklan

Iklan

Gulirkan Inovasi dan Kolaborasi Diskakertrans Jabar Gelar Kadis Meeting Plus Bahas JMSC

Rabu, 19 Februari 2020 | 14:14 WIB Last Updated 2020-02-19T07:14:29Z
Peserta kadis meeting plus Bertempat di di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati –Kab Majalengka, Selasa (18/2/2020).
MAJALENGKA.LENTERAJABAR.COM,-Pemerintah daerah provinsi (pemdaprov) Jawa Barat dibawah kepemimpinan Ridwan Kamil dan wakil gubernur Uu Ruzhunul Ulum mengaungkan Inovasi dan Kolaborasi dalam upaya untuk mewujudkan visi dan misinya menunju,"Sukses Jabar Juara lahir Batin".

Dalam upaya upaya mewujudkan hal itu pemdaprov Jabar berkolaborasi dengan pihak Akademisi, Bisnis, dan Komunitas. Selain itu, Birokrasi 3.0 tersebut akan dipadu dengan konsep pentahelix yang meliputi unsur "A, B, C, G, M" (Akademisi, Bisnis, Community (Komunitas), Government, dan Media). Inilah sesungguhnya kekuatan tersebut. Intinya, semua itu bermuara pada upaya peningkatan pelayanan publik sesuai dinamika masyarakat.

Mendukung program tersebut Dinas Tenagakerja dan Transmigrasi (Disnakertrans ) diawal tahun 2020 ini mengelar Kadis Meeting Plus dengan melibatkan  melibatkan berbagai stakeholder yaitu dari Disnakertrans Kabupaten/kota. Selain itu, hadir juga pihak BIJB Kertajati, Bank bjb, BPJS, BPS Jabar, DP3AKB, DPMDesa, Dis KUK. Dengan agenda : membahas perlindungan pekerja migran asal Jabar melalui model Jabar Migrant Service Center (JMSC).Bertempat di di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati –Kab Majalengka, Selasa (18/2/2020).

Kepala Disnakertrans Jabar M.Ade Afriandi mengatakan, kegiatan Kadis Meeting yang digelar di BIJB Kertajati kali ini, merupakan tindak lanjut dari pembahasan program JMSC sebelumnya.Hal ini termasuk inovasi baru,beda dari rapat birokrat biasanya, setelah pengantar pembuka meeting diawali dilanjut "jajak" pendapat atau persepsi partisipan meeting tentang pekerja migran (positif atau negatif) dan tentang model JMSC ini, sekaligus pembagian kelompok untuk diskusi terarah tentang leadership, financing, human resources, data, dan empowerment yang perlu dikupas dalam mengoperasionalkan JMSC,tutur pria penyuka otomotif ini.

Kepala Dinas Tenagakerja dan Transmigrasi Jawa Barat,M.Ade Afriandi saat di wawancara wartawan di sela-sela acara

Menurutnya sebelum dilakukan pembahasan masalah, seluruh peserta meeting terlebih dahulu dilakukan jejak pendapat yang dipandu oleh Sekretaris Disnakertrans Jabar Agus Hanafiah. Jejak pendapat ini penting untuk mengetahui dan mengukur sejauh mana para peserta memahami partisipan dalam menyikapi kebijakan perlindungan pekerja migran Jabar.

Berdasarkan hasil jejak pendapat peserta, ternyata sebanyak, 70,23 % peserta menilai pekerja migran itu potensi dan sisanya sebagai masalah. Sedangkan terkait program JMSC, ternyata sebanyak 82,14 % peserta/partisipan menjawab tidak tahu dan sisa baru sebatas mengetahui. Dari dua (2) pertanyaan dan jawaban jejak pendapat tersebut, selanjutnya menjadi bahasan dalam Kadis meeting plus, yang dibagi dalam lima (5) kelompok, jelas Ade.

Lebih lanjut Ade Afriandi menjelaskan, program JMSC ini merupakan salah satu program prioritas pak Gubernur Ridwan Kamil dalam bidang ketenagakerjaan. Untuk itu, Disnakertrans Jabar selaku leading secktor tentunya berkewajiban untuk mensukseskan program JMSC ini,tutur alumni APDN ini kepada wartawan  di sela-sela acara.

Untuk mensukseskan Program JMSC tentunya kita harus optimalkan dan maksimalkan program JMSC untuk memberikan perlindungan dan arasa aman bagi rakyat Jabar yang berminat menjadi pekerja migran maupun keluarga yang ditinggalkan, ujarnya.

Perlu dicatat dan kita akui bahwa sampai kini Disnakertrans Jabar maupun Disnakertran Kab/kota belum memiliki database yang valid tentang pekerja migran asal Jabar. Untuk itu melalui program JMSC, akan kita buat database yang terintegrasi dan terpadu secara online, sehingga terkendali dan terpantau dengan harapan tidak ada lagi kasus-kasus pekerja migran ilegal, seperti yang dialami Siti Aminah.

Peserta saat diskusi membahas membahas perlindungan pekerja migran asal Jabar melalui model Jabar Migrant Service Center (JMSC)
Semua calon pekerja migran Jabar, mulai dari penelusuran minat, perekrutan, pelatihan tersertifikasi, dan penempatan dalam jabatan serta negara tujuan penempatan harus dilakukan secara sistematis dan benar. Sehingga ketika pekerja migran kembali ke Indonesia dan ke Jabar, masih tetap dalam sistem navigasi Pemprov Jabar. Oleh karena itu, JMSC selain memberi perlindungan pekerja migran di Jabar, juga ikut menjamin negara tujuan penempatan tidak terdampak permasalahan migran, jelasnya.

Ditambahkan Ade dalam JMSC itu ada 2(dua) fungsi yaitu sebagai forum multi stake holder untuk merumuskan kebijakan perlindungan pekerja migran sebagai mainstream dan terintegrasi dalam kebijakan pemda, serta fungsi admintratif layanan pra-during-purna pekerja migran dengan prinsip "no one left behind".

"Kita harus pahami bahwa mengelola migran itu adalah bisnis, tetapi bisnis memanusiakan manusia. Migran tidak akan pernah berhenti, karena itu migrasi membuat perubahan di negara tujuan.Program JMSC merupakan bagian dari Program Migran Juara, untuk itu, ayo kita tingkatkan sinergitas dan terus berinovasi serta berkolaborasi dalam mensukseskan Migran Jaura,pungkas M.Ade Afriandi.(Rie/Red)

×
Berita Terbaru Update