Notification

×

Iklan

Iklan

Tia Muthiah Umar Gigih Perjuangkan Hak Perempuan dan Keluarga

Rabu, 20 Februari 2019 | 14:32 WIB Last Updated 2019-02-20T07:32:35Z
BANDUNG,LENTERAJABAR.COM,-Menyikapi kondisi saat ini dimana digitalisasi sudah merambah ke berbagi lini kehidupan  satu sisi dengan tekhnologi informasi yang begitu pesat memudahkan untuk melakukan aktivitas tetapi didi lain membawa efek negatif menginggat anak-anak dengan mudahnya mengakses hal-hal belum patut mereka lihat seperti situs pornografi.

Menyikapi hal itulah dalam upaya membela hak perempuan dan ketahanan keluarga sebagai benteng untuk menangkal berbagai macam pengaruh digitalisasi menjadi tujuan utamanya. Apalagi berbagai media sosial (medsos) saat ini sedikit banyaknya mempengaruhi kehidupan umat sejagat raya.

Itulah sosok Tia Muthiah Umar, perempuan tangguh kelahiran Bandung tanggal 4 Maret 1971, buah perkawinan pasangan Umar Ahmad dan Siti Maemunah (almarhumah) saat silaturahim dan berberdialog dengan penguirus PWI Pokja Kota Bandung dan Pengurus Serikat Media Siber Indonesia (SMSI)  Jawa Barat, di Jalan Panaitan 23, Rabu (20/2/2019).

Tia terdidik dalam keluarga muslim yang sangat menekankan akan pentingnya ber’amal bagi sesamanya. Tidak mengherankan  kalau mantan Wakil Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba ini mejadi sosok perempuan yang peka pada kebaikan, berwatak amanah, disiplin dan pekerja keras terutama dalam membela kaumnya.

“Benteng utama untuk menangkal berbagai pengaruh sosial adalah keluarga. Era medsos ini telah memaksa kita untuk lebih peka dalam menyikapi, menggunakan, maupun menangkal berbagai dampak negatif medsos bagi keluarga. Terutama anak, kita-kita yang sudah dewasa ini bisa membedakan mana yang baik dan tidak. Tapi bagi anak, jika sudah terpengaruh dengan konten pornografi akan susah untuk memperbaikinya ketimbang pengaruh narkoba.

Menurutnya, tanggungjawab moral untuk internal keluarga adalah tanggungjawab kaum perempuan. Sehingga ketangguhan seorang ibu rumah tangga untuk membentengi keluarga dari berbagai pengaruh luar menjadi tanggungjawabnya. Sementara untuk para suami, mempunyai tanggungjawab yang lebih besar, selain memikul beban moril dan materil keluarga, juga menjaga stabilitas negara berdasarkan profesinya. 

“Seorang ibu rumahtangga itu harus kuat dan peka terhadap berbagai pengaruh luar terhadap keluarga terutama anak,” tegas wanita yang kesehariannya ini menjadi dosen di Unisba hingga saat ini.

Hal inilah yang mendorongnya untuk melibatkan diri dan bergabung dengan berbagai organisasi pembela hak perempuan, diantaranya menjadi Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Barat, Wakil Ketua Badan Kerjasama Wanita Islam Jawa Barat, serta pegiat sosial kemasyarakatan peduli pada permasalahan umat generasi bangsa. Sedangkan untuk organisasi yang berbau politik, ia juga pernah ia juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Pansel Bawaslu Jabar. 

Bahkan untuk lebih banyak berkiprah lagi memperjuangkan hak perempuan, keluarga serta mensejahterakan masyarakat, bangsa dan negara, ia berkeinginan untuk maju sebagai calon DPD RI. Hal ini menurutnya, merupakan pilihan politik untuk mewujudkan impian sekaligus tanggungjawab moral yang diembanya tersebut.(Red)
×
Berita Terbaru Update