Notification

×

Iklan

Iklan

Remaja Putri Tukang Bully, Ko Bisa?!

Sabtu, 16 Maret 2024 | 11:24 WIB Last Updated 2024-03-18T04:31:06Z

Caption :ilustrasi bully 

Sob, miris banget ya ketika wanita yang fitrahnya lemah lembut, fitrahnya memberikan ketenangan dan kasih sayang justru sekarang banyak menjadi pelaku kekerasan.


Kalau di negara yang menjunjung tinggi kebebasan mungkin sudah tidak aneh ya sob dengan kasus pembullyan yang pelakunya adalah wanita, bahkan sampai film-filmnya pun banyak mengangkat tema bullying pada remaja putri di sekolah.


Tapi kali ini terjadinya di negeri kita sendiri sob, yang mayoritas umat Islam. Miris, sedih, kecewa, pokoknya campur aduk deh kalau mendengar berita pembullyan yang sedang marak terjadi.


Berdasarkan hasil penyidikan sementara, kelompok remaja putri tersebut menganiaya korban karena sakit hati, dimana korban disebut merebut pacar pelaku. Namun demikian, polisi masih mendalami dugaan tersebut. tribunnews.com/2024/03/02


Gimana-gimana? Rebutan cowok? Hari gini rebutan cowok yang statusnya belum halal? Aduh ke laut saja deh, eh bercanda ya sob.


Gini ya sob, pacarannya saja sudah jelas aktivitas yang haram, kenapa? Karena Allah melarang kita untuk mendekati zina, dan pacaran adalah gerbong menuju pintu-pintu zina lainnya. Ngeri kan?!


“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra: 32)


Ditambah lagi dengan fakta adanya kasus ini membuktikan bahwa pacaran juga salah satu penyebab kerusakan moral pada remaja putri khususnya. Dan belum habis sampai disitu, dengan sistem yang ada saat ini yaitu sistem kapitalisme yang memisahkan agama dengan kehidupan sehingga tidak bisa menjaga fitrah para wanita yang akhirnya kerusakan demi kerusakan pada generasi muda nyata terjadi.


Terus gimana sih Islam memandang hal ini?

Kasus bullying menjadi PR besar negeri ini! Tidak adanya penyelesaian yang tuntas sehingga kasus perundungan semakin marak terjadi di kalangan remaja bahkan remaja putri.


Perlu ada penyelesaian yang mengakar yang akhirnya menuntaskan problem yang saat ini tidak bisa dipandang sebagai problem kecil, ini problem yang harusnya menjadi perhatian besar para petinggi di negeri kita.


Dalam kasus ini misalnya, yang menjadi pelaku bullying adalah remaja putri, tentu muncul pertanyaan kenapa bisa makhluk yang seharusnya memiliki perasaan lembut, perangai yang indah justru tega menganiaya temannya sendiri yang juga seorang wanita. 


Menjambaknya, memukulnya, bahkan menendang kepala korban dengan kakinya, astagfirullah miris banget kan sob?!.


Di dalam Islam, wanita adalah makhluk yang dimuliakan. Islam sangat menjaga hak-hak wanita dan Islam juga sangat menjaga fitrah para wanita agar tetap berada pada koridor syari’at.


Seorang wanita yang tidak mendapatkan pemenuhan hak-haknya maka akan sangat rentan melenceng dari fitrahnya, ketika dia tidak mendapatkan dukungan, perlindungan dan kasih sayang dan yang paling utama adalah tarbiyah/pendidikan dari orang tuanya. 


Wanita yang tidak mendapatkan hak-haknya itu sejak kecil, maka dia akan tumbuh menjadi wanita yang tidak paham hakikat kehidupan, dia tidak mengambil Islam sebagai rujukan dalam bertingkah laku sehingga dia akan melakukan apa saja tidak peduli halal dan haram.


Kemudian, lingkungan masyarakat juga sangat berpengaruh dalam membentuk karakter generasi. Jika masyarakat abai terhadap kerusakan dan kemaksiatan yang terjadi di sekitarnya maka jangan heran semakin marak kemaksiatan seperti kasus bullying saat ini.


Lalu kenapa orang tua saat ini dan masyarakat tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai bagian dari peran penting dalam membentuk karakter generasi? 


Jawabannya karena sistem yang diterapkan di negeri ini adalah sistem kapitalisme yang melahirkan liberalisme. Inilah yang akhirnya melahirkan kerusakan-kerusakan, para orang tua dan calon orang tua tidak memahami kewajiban mendidik anak-anak, tidak tahu bagaimana cara mendidik anak-anak mereka agar menjadi generasi yang cerdas yang menjadikan islam sebagai rujukan dalam berperilaku.


Kemudian dengan diterapkannya sistem kapitalisme ini, masyarakat juga menjadi individualisme, mereka tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekelilingnya selama itu tidak merugikan dirinya sendiri.


Selain itu tidak adanya andil peran negara menjadikan keluarga dan masyarakat tidak mampu menjalankan perannya dengan optimal dalam menjaga generasi untuk tetap dalam kemuliaan.


Di kutip dari www.bbc.com: Perundungan atau bullying di Indonesia, menurut pengamat pendidikan, sudah ‘darurat’ karena kasusnya terus bertambah dan belum ada tanda-tanda penurunan meski Kemendikbud telah menerbitkan sejumlah kebijakan terkait pencegahan kekerasan di satuan pendidikan.


Solusi-solusi yang ditawarkan disistem kapitalisme bukanlah solusi yang komprehensif, buktinya hingga hari ini kasus bullying masih meningkat bahkan ada dilevel darurat, ini menyadarkan kita bahwa negara telah gagal melindungi generasi. Dan tentu ini sudah saatnya kita sadar bahwa umat butuh solusi dan penyelesaian yang tuntas untuk menyelamatkan generasi.


Maka satu-satunya solusi adalah mengembalikan generasi pada fitrahnya dengan penerapan syariah Islam pada seluruh aspek kehidupan sehingga para generasi muda memiliki kepribadian Islam yang mampu menjalankan perannya dengan benar.


Hanya Islam yang paling menjaga hak-hak wanita, di dalam Islam seorang anak memiliki Hak Nafkah, Hak Pendidikan, Hak Pendampingan, dari orang tuanya sehingga saat dia tumbuh dan sudah baligh akan menjadi sosok muslimah yang berkepribadian Islam yang bisa menjaga fitrahnya dan menjalankan perannya, karena aturan Islam dalam mendidik wanita sangat sempurna. 


Ini bukan hanya berlaku pada wanita tapi juga pria, semua anak yang lahir harus mendapatkan hak-hak tersebut dari orang tuanya.

Kemudian bagaimana seharusnya peran masyarakat? Islam memerintahkan masyarakat melakukan amar makruf nahi munkar dan ta’awun/tolong menolong.


 Masyarakat memiliki peranan penting dalam pembentukkan karakter anak karena secara fitrah anak-anak tumbuh dan berkembang di dalam lingkup bermasyarakat, cara pandang anak pada kehidupan sangat dipengaruhi oleh masyarakat. 


Jika dia terbiasa melihat kebaikan maka dia akan tumbuh dari apa yang dia lihat dan dia dengar, maka ini menjadi sangat penting dalam menjaga kualitas generasi muda.


Sudah seharusnya negara segera mencampakkan sistem yang rusak ini, mengganti kurikulum pendidikan sekulerisme dengan pendidikan Islam yang akan mengembalikan generasi pada kemuliaan, yang menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk kehidupan mereka, karena sejatinya memang Al-Qur’an lah petunjuk hidup yang sudah Allah berikan untuk kita agar kita mampu menjadi hamba yang tetap berada dalam fitrah kita.


Sehingga kerusakan seperti kasus bullying ini akan dicegah oleh negara yang menerapkan Islam secara Kaffah.


“Dan Kami turunkan kitab (Al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (Muslim).” (QS. An-Nahl: 89).


Dari 3 hal pokok tadi kita tentu jadi paham bahwa inilah saatnya kita mengambil langkah perubahan, tidak ada yang memuliakan wanita kecuali adalah Islam, tidak ada pendidikan yang bisa menghantarkan pada kesadaran generasi tentang hakikat kehidupan kecuali itu adalah Islam. 


Dan ingat sob perubahan yang besar perlu dimulai dari hal yang kecil, maka yuk kita mulai dari diri kita sendiri. Tunggu apalagi sob? Yuk segera ngaji Islam kaffah. Wallahua'lam

Oleh: Fauziyah Salsabil (Member Komunitas Smart With Islam Karawang)

×
Berita Terbaru Update