Notification

×

Iklan

Iklan

Jamu, Khasiat Melimpah Warisan Bangsa Indonesia

Sabtu, 16 Oktober 2021 | 22:28 WIB Last Updated 2021-10-16T15:28:55Z

Caption : Tangkapan layar zoom kemenpppa.go.id

JAKARTA.LENTERAJABAR.COM
,-- Jamu telah dikenal berabad-abad yang lalu sebagai salah satu obat herbal dan kosmetika terutama pada zaman kerajaan yang telah menjadi warisan dan salah satu identitas bangsa Indonesia. Dari segi ekonomi, jamu telah memainkan peran penting dalam bisnis kosmetik berbasis herbal, perawatan kulit dan pribadi.

Dalam rangka perhetalan 4th ASEAN Ministerial Meeting on Women (AMMW), Indonesia melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) dan ASEAN Woman Enterpreneurship Network (AWEN) memperkenalkan jamu sebagai salah satu komoditas untuk mendukung perekonomian nasional dan pertumbuhan usaha mikro dan ultra-mikro terutama bagi perempuan.

“Potensi jamu sangat besar sebagai ikon produk berbasis herbal untuk kesehatan, perawatan kecantikan dan perawatan diri. Di samping itu, kontribusi yang signifikan dari jamu sebagai obat herbal dan perawatan kecantikan dalam aspek ekonomi sangat berpengaruh, terutama peran perempuan dalam industri ini,” jelas Sekretaris Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pribudiarta N Sitepu dalam Webinar bertajuk “Jamu As Indonesian Heritage”, secara virtual .

Pribudiarta menjelaskan industri jamu sebagian besar dilakukan oleh perempuan, dan dari data menunjukkan bahwa 15 juta orang bekerja di jamu baik yang berhubungan dengan obat-obatan maupun yang berhubungan dengan kosmetik. Dari segi ekonomi, data Kementerian Perindustrian 2019 menunjukkan kontribusi industri ini naik menjadi 8,12% dari total PDB atau setara dengan Rp21,9 triliun.

“Fakta ini menguatkan kami untuk meningkatkan keterampilan dan partisipasi perempuan untuk lebih mengelaborasi industri ini dalam pembangunan sosial ekonomi dan kewirausahaan. Sejalan dengan upaya berkelanjutan kami untuk memajukan perempuan di bidang ekonomi,” tambah Pribudiarta.

Webinar ini diharapkan dapat mempromosikan produk skala lokal seperti jamu secara luas menjadi komoditas modern, serta dimanfaatkan untuk berkontribusi dalam pemulihan dan pertumbuhan ekonomi selama dan pasca pandemi Covid-19 terutama bagi perempuan. 

“Seperti halnya di Indonesia, industri kosmetika dan jamu tradisional sangat didukung oleh pemerintah. Industri ini dapat menjadi ujung tombak perekonomian nasional karena melibatkan multipemain, khususnya Usaha Kecil Menengah (UKM). Tantangannya ke depan, industri jamu dapat memperluas inovasi mereka untuk memenuhi tren pasar global,” kata Pribudiarta

 Ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) dan Ketua ASEAN Women Enterpreneurs Network (AWEN), Nita Yudi menuturkan jamu memiliki nilai ganda yang potensial bagi pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan perempuan terutama di masa pandemi Covid-19. 

“AWEN dan pemerintah di masing-masing negara ASEAN berkewajiban untuk menggalakkan jamu yang memiliki nilai ekonomis, salah satunya untuk pemberdayaan perempuan di ASEAN. Terutama pada masa pandemi jamu menjadi lebih populer, karena jamu dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat handsanitaizer, disinfektan, dan juga untuk meningkatkan kekebalan tubuh,” tutur Nita.

 Nita menambahkan jamu memiliki ketahanan terhadap perubahan zaman dan ekonomi hingga bisa bertahan sampai sekarang. Namun, produk yang dihasilkan masih terbatas atau merupakan produk marginal. 

 “Untuk itu kita harus mampu meningkatkan nilai, status dan popularitas obat herbal. Tidak hanya sebagai minuman kesehatan, juga untuk kecantikan, dan sebagai warisan budaya,” tambah Nita.

 Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kemen PPPA sekaligus Ketua _ASEAN Committee on Women (ACW) menuturkan jamu dapat mendukung ketahanan perempuan terhadap dampak pandemi Covid-19, karena pasar jamu saat ini semakin meningkat. Survei dari UN Women mencatat 48 persen penduduk di Indonesia menggunakan internet, dan memanfaatkan pasar online telah menjadi strategi penanggulangan Covid-19 bagi para pemilik bisnis di Indonesia, termasuk para pelaku usaha jamu.

“Survei menunjukkan bahwa bisnis milik perempuan lebih cenderung menggunakan internet untuk menjual produk. Kami mengharapkan para pengusaha jamu juga menggunakan strategi seperti ini untuk memperkuat dan meningkatkan keberhasilan penjualan mereka serta menembus pasar global dengan memanfaatkan teknologi digital,” jelas Lenny.(Red/**)

×
Berita Terbaru Update