Notification

×

Iklan

Iklan

Jaga Kota Layak Anak, Pemkot Bandung Fokus Tangani Kekerasan terhadap Anak

Rabu, 09 Juni 2021 | 10:10 WIB Last Updated 2021-06-09T03:10:41Z

Caption : Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak (DP3A) Kota Bandung, Rita Verita

BANDUNG.LENTERAJABAR.COM
,--Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus berkonsentrasi menangani kasus kekerasan terhadap anak. Upaya ini menjadi sangat penting guna menjaga Kota Bandung sebagai kota layak anak.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak (DP3A) Kota Bandung, Rita Verita mengungkapkan, sepanjang 2021 ini kasus kekerasan terhadap anak terpantau cukup tinggi. Sehingga penanganannya memerlukan keseriusan dan perhatian lebih.

“Data kami, kekerasan terhadap anak justru paling tinggi. Menyusul kekerasan terhadap istri atau perempuan," ucap Rita di Balai Kota Bandung, Selasa, 8 Juni 2021. 

Rita memaparkan, hingga Mei 2021 ada sebanyak 75 kasus kekerasan terhadap anak. Sedangkan kekerasan terhadap istri sebanyak 56 kasus.

Ia mengakui, ukuran kota layak anak tidak ditinjau dari kuantitas kasus yang terjadi. Namun, dilihat dari upaya pemerintah setempat menanggulangi masalah kekerasan terhadap anak.

Sejauh ini, Rita bersyukur, Pemkot Bandung selalu merespon maksimal terhadap anak yang menjadi korban kekerasan. Sehingga dalam dua tahun terahir Kota Bandung bisa memperoleh penghargaan sebagai Kota Layak Anak tingkat Nindya.

“Penanganan terhadap kasus kekerasan anak termasuk indikator. Sehingga di dalam penilaian kota layak anak bukan jumlahnya, tetapi bagaimana kita bisa menangani kasus itu,” jelasnya.

Untuk itu, lanjut Rita, DP3A Kota Bandung terus menggenjot optimalisasi Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga). 

Puspaga selalu terbuka lebar bagi warga yang hendak berkonsultasi beragam persoalan keluarga. Termasuk soal kekerasan terhadap anak. Sehingga masyarakat tak perlu sungkan untuk datang ke Puspaga.

Sementara itu, Kepala Seksi Kualitas Keluarga DP3A Kota Bandung, Opie Noviyantie mengatakan, sepanjang tahun 2020 lalu Puspaga Kota Bandung sudah menangani sebanyak 149 kasus. 

Sebagian besarnya yakni persoalan keluarga berlandaskan masalah ekonomi akibat terdampak pandemi Covid-19.

“Mereka ingin mendapatkan konseling bagaimana masalah ekonomi agar jangan sampai terjadi perceraian. Jadi Puspaga lebih ke prepentif pencegahan,” ujar Opie.

Di luar itu, Opie mengingatkan, agar para orang tua tak mengabaikan anak-anaknya. Pola asuh anak ini harus menjadi perhatian agar anak tidak sampai mengalami depresi.

“Orang tua harus mengajak anak ke luar dengan kegiatan kreatif. Seperti berolahraga, berkebun dan kegiatan positif lainnya,” katanya.(RieRed)
×
Berita Terbaru Update