BANDUNG,LENTERAJABAR.COM-Menjelang pemilihan gubernur Jawa Barat pada tanggal 27 Juni 2018 mendatang,berbagi upaya dilakukan partai politik pendukung salah satu kontestan yang maju di ajang pesta demokrasi lima tahunan tersebut,seperti mengunakan artis atau publik figur.
Saat ini lagi booming film bergenre anak muda,yang mana dalam film itu ada tokoh anak muda bernama Dilan kebenaran nama itu sama dengan salah satu nama dari maskot PKS.
Menyikapi hal itu Partai Keadlian Sejahtera (PKS) membantah telah mempolitisasi tokoh Dilan dalam novel karya Pidi Baiq yang kini di film kan. Pasalnya, tokoh Dilan sama dengan salah satu nama dari maskot PKS.
Sekretaris Jenderal DPW PKS Jawa Barat, Abdul Hadi Wijaya mengatakan, film merupakan bebas nilai. Jika disebut mempolitisasi, saat itu menjelang pesta demokrasi Jabar, PKS memutar kembali film Deddy Mizwar. Bahkan, ia meyakini film Naga Bonar kembali ditayangkan.
"Jadi gak usah terlalu baper (bawa perasaan), gak usah terlalu dibawa kesana-kesini," kata Hadi yang juga anggota dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) Jawa Barat komisi V ini kepada wartawan di Kota Bandung , Selasa (30/1).
Hadi menyarankan, kesamaan nama antara maskot dan karya Pidi Baiq dibuat sebagai hiburan semata saja. Mengingat, media sosial adalah ranahnya mengadu ide dan kreativitas,tuturnya seraya mengatakan hiburan aja, bahwa kebetulan namanya sama dan media sosial itu tempat beradu kreativitas. Cari aja yang lebih kreatif lagi,kata Hadi.
Saat ditanya tujuan pembuatan maskot meraih suara pemilih muda saat ini, Hadi menegaskan maskot yang digarap PKS lebih dulu ketimbang novel dan film karya Pidi Baiq. Menurut dia, lima maskot tersebut sudah ada sejak tiga tahun yang lalu.
"Maskotnya dibuat jauh lebih (dulu) sebelum film dan novelnya lahir. Kita bisa ngebalik, nama Dilan itu maskot kami 3 tahun lalu, duluan mana film dan novel dengan maskot kami,katanya seharusnya, lanjut Hadi, menanggapi hal ini biasa saja. Menurut dia, perbincangan di media sosial tentang kesamaan tersebut akan segera mereda di media sosial.
"Kalau sekarang beda, rezekinya PKS. Jadi biasa-biasa saja, gak usah dijadikan serius. Ini riuhnya dari media sosial, paling juga sekian minggu lagi udah selesai, ada lagi yang lebih baru," pungkas Hadi.(Red)
Saat ini lagi booming film bergenre anak muda,yang mana dalam film itu ada tokoh anak muda bernama Dilan kebenaran nama itu sama dengan salah satu nama dari maskot PKS.
Menyikapi hal itu Partai Keadlian Sejahtera (PKS) membantah telah mempolitisasi tokoh Dilan dalam novel karya Pidi Baiq yang kini di film kan. Pasalnya, tokoh Dilan sama dengan salah satu nama dari maskot PKS.
Sekretaris Jenderal DPW PKS Jawa Barat, Abdul Hadi Wijaya mengatakan, film merupakan bebas nilai. Jika disebut mempolitisasi, saat itu menjelang pesta demokrasi Jabar, PKS memutar kembali film Deddy Mizwar. Bahkan, ia meyakini film Naga Bonar kembali ditayangkan.
"Jadi gak usah terlalu baper (bawa perasaan), gak usah terlalu dibawa kesana-kesini," kata Hadi yang juga anggota dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) Jawa Barat komisi V ini kepada wartawan di Kota Bandung , Selasa (30/1).
Hadi menyarankan, kesamaan nama antara maskot dan karya Pidi Baiq dibuat sebagai hiburan semata saja. Mengingat, media sosial adalah ranahnya mengadu ide dan kreativitas,tuturnya seraya mengatakan hiburan aja, bahwa kebetulan namanya sama dan media sosial itu tempat beradu kreativitas. Cari aja yang lebih kreatif lagi,kata Hadi.
Saat ditanya tujuan pembuatan maskot meraih suara pemilih muda saat ini, Hadi menegaskan maskot yang digarap PKS lebih dulu ketimbang novel dan film karya Pidi Baiq. Menurut dia, lima maskot tersebut sudah ada sejak tiga tahun yang lalu.
"Maskotnya dibuat jauh lebih (dulu) sebelum film dan novelnya lahir. Kita bisa ngebalik, nama Dilan itu maskot kami 3 tahun lalu, duluan mana film dan novel dengan maskot kami,katanya seharusnya, lanjut Hadi, menanggapi hal ini biasa saja. Menurut dia, perbincangan di media sosial tentang kesamaan tersebut akan segera mereda di media sosial.
"Kalau sekarang beda, rezekinya PKS. Jadi biasa-biasa saja, gak usah dijadikan serius. Ini riuhnya dari media sosial, paling juga sekian minggu lagi udah selesai, ada lagi yang lebih baru," pungkas Hadi.(Red)